Trauma, Siswa Baru SMA Binus Simprug Diduga Dibully-Dipukuli RE disebut mengalami pelecehan seksual, dipukuli secara bergilir, dan mengalami trauma. RE melalui kuasa hukumnya, Sunan Kalijaga, melaporkan dugaan perundungan tersebut ke polisi. Laporan tersebut teregister dengan nomor LP/B/331/I/2024/SPKT POLRES METRO JAKSEL/POLDA METRO JAYA. Terlapornya empat orang mahasiswa Binus berinisial KE, R, K, dan C.
“Terlapor empat orang. Sama-sama (mahasiswa) kelas 12. Semuanya. Tepatnya kejadiannya 30-31 Januari 2024. Dua hari berturut-turut,” kata Sunan Kalijaga saat dihubungi, Sabtu (14/9/2024).
Sunan membeberkan awal mula dugaan perundungan yang menimpa kliennya. Ia menjelaskan bahwa kejadian bermula saat korban sebagai mahasiswa pindahan memulai hari pertamanya di Binus Simprug kemudian didatangi oleh terduga pelaku yang kemudian menanyakan latar belakang korban.
Trauma, Siswa Baru SMA Binus Simprug Diduga Dibully-Dipukuli
“Katanya dia masuk ke sana sebagai mahasiswa baru. Kemudian dari hari pertama masuk, dia sudah mendapatkan bullying yang diduga dilakukan oleh anak pejabat, ada orang besar. Korban bilang saya tidak mau cari masalah, saya hanya ingin sekolah,” jelasnya.
Namun, korban justru mendapatkan perundungan, baik verbal maupun nonverbal. Sunan mengatakan korban bahkan mendapat pelecehan seksual dan dipukuli secara bergantian oleh para terduga pelaku di depan siswa lainnya.
“Dimulai dari verbal, di-bully setiap hari. Sampai disuruh melakukan ini dan itu. Sampai ada dugaan pelecehan seksual di depan banyak orang. Ada kekerasan, ada pemukulan, bahkan dia dipukuli bergantian, dipukuli bergantian, disaksikan banyak orang selama dua hari berturut-turut,” katanya.
Dilakukan 2 hari berturut-turut
Pihak korban mempertanyakan pengawasan pihak sekolah dan meminta klarifikasi karena dugaan perundungan tersebut dilakukan dua hari berturut-turut pada jam sekolah. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit.
Bagaimana bisa kejadian seperti ini terulang kembali di dalam sekolah pada saat jam sekolah. Dimana pengawasan dari guru dan pihak keamanan. Kami juga mempertanyakan hal ini kepada pihak sekolah, tambahnya.
Para terduga pelaku masih melakukan perundungan terhadap korban secara online ketika keluarga korban meminta pembelajaran dilakukan secara online. Hingga akhirnya proses pembelajaran dihentikan.
“Seperti itu, informasinya bahkan ketika keterangan korban secara online pun, korban masih mendapatkan bullying secara online. Artinya anak korban mendapatkan pendidikan, di mana orang tuanya selalu membayar tepat waktu uang untuk sekolahnya yang nilainya puluhan juta itu tidak didapatkan,” katanya.
Laporan Ditindaklanjuti oleh Polisi
Polisi menindaklanjuti laporan RE (16). Yang terbaru, kasus tersebut sudah naik ke tahap penyidikan.
“Ya, sudah naik ke penyidikan. Terlapornya ada empat orang,” kata Kasubag Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi kepada wartawan, Sabtu (14/9/2024).
Nurma mengatakan status kasus tersebut naik ke tahap penyidikan setelah polisi melakukan gelar perkara atas kasus tersebut. Dari hasil penyelidikan, ditemukan adanya dugaan tindak pidana dalam pelaporan tersebut.
Ya kalau tindak pidana, kalau melihat videonya jelas ada. (Status kasus naik ke penyidikan) hari Senin kemarin, katanya.
Pihak Binus School buka suara
Dilansir dari Antara, pihak Binus School Simprug telah melakukan investigasi atas dugaan perundungan terhadap seorang siswanya. Pihaknya menegaskan bahwa tidak ada perundungan, melainkan murni perselisihan antar siswa.
“Pihak sekolah telah melakukan investigasi berdasarkan bukti dan saksi, kami menemukan bahwa kejadian tersebut merupakan perselisihan antar siswa,” kata staf Humas Pendidikan Binus School Haris Suhendra seperti dilansir Antara, Sabtu (14/9/2024) hari ini.
Haris mengatakan, sejak awal pihak sekolah menanggapi laporan dari yang bersangkutan dengan serius. Pihak sekolah telah menindak tegas seluruh siswa yang terlibat dalam perselisihan tersebut.
“Siswa telah diberikan sanksi berdasarkan fakta yang ditemukan dan sesuai dengan peraturan sekolah,” katanya.
Dengan adanya kejadian ini, pihak sekolah memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan belajar, baik secara offline maupun online. Pihaknya juga telah melakukan upaya menjalin komunikasi dengan orang tua siswa, melakukan kunjungan langsung, dan memfasilitasi mediasi dengan keluarga siswa lainnya.
“Kami menyesalkan adanya tuduhan dan pernyataan yang tidak benar yang disampaikan dalam beberapa kesempatan, termasuk klaim ketidakpedulian sekolah atas kejadian tersebut dan pengabaian hak-hak pendidikan,” kata Haris.
Ia menegaskan bahwa proses hukum akan terus berjalan untuk mencapai keputusan yang terbaik. Binus School berjanji untuk menjunjung tinggi kebijakan zero tolerance terhadap segala bentuk kekerasan, baik fisik, psikis, maupun emosional. Setiap dugaan kekerasan akan ditanggapi secara serius oleh pihak sekolah.